Bohlam adalah salah satu perangkat penerangan yang paling umum ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Berfungsi untuk menghasilkan cahaya dengan memanaskan filamen dari bahan tertentu, bohlam menjadi bagian tak terpisahkan dari rumah, kantor, dan berbagai tempat lainnya. Namun, tahukah Anda bagaimana asal usul bohlam dimulai? Mari kita telusuri sejarah panjang penerangan listrik ini!
Pada awalnya, manusia hanya mengandalkan cahaya alami seperti matahari dan api unggun sebagai sumber cahaya. Penggunaan lilin dan pelita pun mulai berkembang sebagai cara untuk menerangi ruangan pada malam hari. Namun, metode ini tidak praktis dan rentan terhadap kebakaran. Oleh karena itu, upaya untuk menemukan metode penerangan yang lebih aman dan efisien mulai dilakukan.
Perkembangan penerangan listrik dimulai pada abad ke-19, ketika sejumlah peneliti dan penemu berlomba-lomba untuk menciptakan sumber cahaya yang memanfaatkan energi listrik. Salah satu penemuan penting dalam sejarah penerangan adalah penemuan efek termoionik oleh penemu asal Inggris, Sir Humphry Davy, pada tahun 1802. Efek ini menunjukkan bahwa arus listrik dapat menghasilkan cahaya ketika mengalir melalui filamen logam.
Namun, tidak ada penemuan yang bisa langsung dipatenkan atau dijadikan sebagai bohlam yang digunakan secara massal. Barulah pada tahun 1879, seorang penemu asal Amerika Serikat bernama Thomas Alva Edison berhasil menciptakan bohlam yang praktis dan tahan lama. Edison menggunakan filamen karbon yang diisi udara sebagai pendukungannya untuk menghasilkan cahaya yang lebih terang dan awet dibandingkan dengan penemuan sebelumnya.
Bohlam Edison menggunakan prinsip efek termoionik yang ditemukan oleh Davy. Dalam bohlam Edison, filamen karbon dipanaskan oleh arus listrik hingga memancarkan cahaya. Daya tahan filamen karbon terhadap panas lebih baik dibandingkan logam pada saat itu. Kendati demikian, filamen karbon memiliki kelemahan yaitu cepat aus akibat penguapan material selama pemanasan.
Perkembangan selanjutnya dalam sejarah bohlam terjadi pada awal abad ke-20 dengan ditemukannya filamen tungsten. Pada tahun 1904, seorang insinyur asal Hungaria bernama Sándor Just dan penemu asal Amerika Serikat, William David Coolidge, berhasil menciptakan bohlam dengan filamen tungsten yang mampu bertahan lebih lama dan menghasilkan cahaya yang lebih terang secara efisien. Filamen tungsten menjadi bahan favorit hingga saat ini karena memiliki titik lebur yang sangat tinggi, sehingga dapat bertahan dalam suhu tinggi yang dihasilkan oleh arus listrik.
Selain pembaharuan dalam bahan dan penampilan fisik bohlam, kemajuan teknologi juga mempengaruhi bentuk dan jenis bohlam yang ada. Seiring dengan perkembangan industri, bohlam berteknologi tinggi mulai berkembang, seperti bohlam pijar, bohlam neon, dan bohlam LED. Teknologi ini memungkinkan penggunaan energi yang lebih efisien dan umur bohlam yang lebih panjang.
Bohlam LED (Light Emitting Diode) merupakan terobosan mutakhir dalam penerangan. Berbeda dengan bohlam konvensional yang menggunakan filamen, LED menggunakan semikonduktor untuk menghasilkan cahaya. Keunggulan LED terletak pada efisiensi energi yang tinggi, umur yang lebih panjang, serta pengaturan intensitas cahaya yang fleksibel. Bohlam LED menjadi populer dalam beberapa tahun terakhir dan digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari penerangan rumah hingga lampu peraga.
Dengan demikian, asal usul bohlam memiliki sejarah panjang yang dimulai dari penemuan efek termoionik hingga perkembangan teknologi LED.